Motor besar atau motor touring selalu menjadi pilihan utama bagi para pecinta perjalanan jauh. Namun kini muncul pertanyaan baru yang cukup memicu perdebatan: apakah motor berbahan bakar bensin masih menjadi pilihan terbaik untuk touring jarak jauh, atau sudah saatnya beralih ke motor listrik? Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya kesadaran akan lingkungan, motor listrik semakin banyak dilirik. Tapi, ketika berbicara soal perjalanan ribuan kilometer melintasi kota dan bahkan pulau, apakah motor listrik bisa benar-benar diandalkan?
Artikel ini akan membahas perbandingan mendalam antara motor bensin dan listrik dalam konteks touring jarak jauh, baik dari segi efisiensi, biaya, performa, hingga ketersediaan infrastruktur.
1. Performa dan Daya Tahan di Perjalanan Panjang
Motor Bensin: Konsisten dan Terbukti
Motor besar berbahan bakar bensin sudah terbukti dalam hal keandalan untuk perjalanan panjang. Tenaganya stabil, kapasitas tangki yang besar memungkinkan jarak tempuh yang lebih panjang sebelum isi ulang, dan tersedia hampir di semua jenis medan.
Rata-rata motor touring seperti Harley-Davidson atau Honda Goldwing mampu menempuh hingga 300-400 km dengan satu kali isi bensin, tergantung gaya berkendara. Selain itu, pengendara bisa dengan mudah menemukan SPBU di berbagai wilayah, bahkan di pedalaman.
Motor Listrik: Senyap dan Responsif, Tapi…
Motor listrik menawarkan sensasi berkendara yang berbeda: lebih senyap, akselerasi instan, dan bebas emisi. Namun untuk touring jarak jauh, ada dua tantangan utama: kapasitas baterai dan ketersediaan stasiun pengisian daya.
Rata-rata motor listrik touring seperti Zero DSR/X atau Energica Experia memiliki jarak tempuh sekitar 160–250 km dalam kondisi ideal. Ini bisa berkurang drastis jika melintasi jalan berbukit, membawa beban berat, atau melaju dengan kecepatan tinggi.
2. Ketersediaan Infrastruktur: SPBU vs Charging Station
Infrastruktur menjadi aspek krusial dalam perjalanan jauh.
Keunggulan Motor Bensin:
SPBU sudah tersebar luas di seluruh Indonesia, bahkan di wilayah terpencil sekalipun. Pengisian bahan bakar juga sangat cepat—biasanya hanya memakan waktu beberapa menit.
Kelemahan Motor Listrik:
Pengisian daya motor listrik masih terbatas. Meski kini mulai dibangun beberapa stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), jumlahnya belum memadai untuk kebutuhan touring luar kota. Bahkan jika tersedia, pengisian daya bisa memakan waktu 30 menit hingga beberapa jam, tergantung jenis pengisian dan kapasitas baterai.
3. Biaya Operasional: Mana yang Lebih Hemat?
Motor Listrik: Lebih Murah Secara Jangka Panjang
Dari sisi konsumsi energi, motor listrik jelas lebih hemat. Biaya per kilometer-nya bisa 3–5 kali lebih murah dibandingkan motor bensin. Selain itu, perawatan motor listrik juga cenderung lebih sederhana karena tidak ada oli, busi, atau filter udara.
Contoh: Jika motor listrik mengkonsumsi 6 kWh untuk jarak 150 km, dan harga listrik Rp1.500/kWh, maka biaya perjalanan hanya sekitar Rp9.000. Bandingkan dengan motor bensin yang membutuhkan 6 liter bensin (dengan asumsi 25 km/liter) dan harga Rp13.000/liter, maka totalnya Rp78.000.
Motor Bensin: Awalnya Murah, Tapi Rutin Mahal
Motor bensin memang unggul dalam kemudahan pengisian dan jangkauan, tapi biaya bahan bakar dan servis rutin (oli, kampas kopling, tune-up) bisa jadi lebih mahal dalam jangka panjang.
4. Kenyamanan dan Pengalaman Berkendara
Motor Bensin: Lebih “Berjiwa Petualang”
Suara mesin, getaran, dan transmisi manual pada motor bensin memberi sensasi “mengendarai sungguhan” yang sulit ditandingi. Banyak biker menyukai rasa ini saat touring, karena menambah adrenalin dan ikatan emosional dengan motor.
Motor Listrik: Lebih Halus dan Modern
Motor listrik menawarkan kenyamanan tinggi dengan suara minim dan torsi instan. Cocok bagi rider yang lebih mengutamakan kepraktisan, efisiensi, dan ketenangan dalam berkendara. Namun, beberapa menganggapnya kurang “berkarakter” untuk touring.
5. Lingkungan dan Masa Depan
Bagi yang mempertimbangkan faktor keberlanjutan, motor listrik tentu unggul karena tidak menghasilkan emisi karbon langsung. Di tengah krisis iklim dan polusi udara, banyak negara mulai memberikan insentif pada kendaraan listrik.
Namun, perlu dicatat bahwa sumber listrik di Indonesia masih didominasi oleh PLTU berbasis batu bara, yang artinya jejak karbon motor listrik belum sepenuhnya “bersih.”
6. Kesimpulan: Pilihan Sesuai Kebutuhan Touringmu
Kalau kamu adalah tipe rider yang suka petualangan tanpa hambatan, menjelajah pelosok, dan ingin fleksibilitas tinggi, motor bensin masih menjadi pilihan yang sangat relevan. Ia menawarkan jangkauan luas, kecepatan isi bahan bakar, dan jaringan infrastruktur yang matang.
Namun, jika kamu touring dalam rute yang sudah mendukung charging station dan mengutamakan efisiensi serta kepedulian lingkungan, motor listrik layak dipertimbangkan. Apalagi teknologi baterai dan jaringan SPKLU akan terus berkembang di masa depan.
Penutup
Touring dengan motor besar bukan hanya soal kendaraan, tapi juga soal gaya hidup, pengalaman, dan nilai-nilai yang kamu bawa selama di perjalanan. Baik bensin maupun listrik, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Yang paling penting, pilih motor yang bisa menunjang kenyamanan dan keamananmu selama menjelajah jarak jauh.
Jadi, kamu tim bensin atau tim listrik untuk touring berikutnya?
Baca juga : Helm Pintar dengan HUD dan AI, Apakah Layak Dibeli?